Jumat, 01 Mei 2009

Komisi X DPR Tak Gembira dengan Hasil UN

JAKARTA - Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) pada tahun ajaran 2009 dinilai tidak memiliki perbedaan signifikan dengan ujian pada tahun lalu. Dengan kata lain tidak ada kemajuan sama sekali.Sejumlah kecurangan juga masih terjadi di berbagai daerah guna mengejar target kelulusan siswa. "Siswa juga terlalu dipaksa mengikuti persiapan ujian, seperti try out, bimbingan belajar dan kegiatan lain," ujar Ketua Komisi X DPR yang membidangi masalah pendidikan, Hery Ahmadi di Jakarta, Jumat (1/5/2009).Hal-hal semacam itu, menurut Hery, justru malah menghilangkan hakikat pendidikan. Kualitas pendidikan dilihat pada proses bukan terhadap hasil. "Bukan kepada hasil hafalan siswa, tapi pada proses pembentukan watak," ujarnya.Hery mengusulkan metode evaluasi pendidikan dikembalikan kepada masing-masing sekolah. Sama seperti model yang telah diterapkan untuk jenjang pendidikan tingkat dasar. "Pada dasarnya DPR tidak mendukung pemerintah dalam penyelenggaraan ujian nasional. Sebaiknya UN diganti seperti ujian akhir nasional yang diberlakukan di SD," ujarnya. (ful)

Kecurangan Ujian SMP di Medan


Kamis, 30 April 2009 17:28 WIB
TEMPO Interaktif, Medan: Komunitas Air Mata Guru (KAMG) menemukan beragam bentuk kecurangan pelaksanaan ujian nasional tingkat sekolah menengah pertama sejak hari pertama ujian dilaksanakan. Kecurangan direkam dalam video tersembunyi saat siswa memindahkan jawaban yang diterima melalui pesan pendek.Investigasi yang dilakukan komunitas tersebut sejak 2007 hingga 2009, bentuk kecurangan berubah. "Tahun 2007 terjadi di ruang kelas, 2008 setelah ujian guru memperbaiki jawaban, tahun ini terjadi sebelum ujian dilaksanakan," kata Denni Boy Saragih dari KAMG kepada wartawan, Kamis (30/4).Modus kecurangan ujian nasional SMP itu persis serupa dengan kecurangan yang berlangsung di ujian nasional SMA dan setingkatnya. Peserta ujian mendapatkan kunci jawaban melalui pesan singkat telepon genggam lalu dipindahkan ke kertas yang menjadi kopekan.Denni menegaskan, jawaban yang diterima siswa sesuai dengan kunci jawaban soal. "Soal UN SMA (kopian) yang kita dapatkan, jawabannya memang benar," kata Denni. Kecurangan yang terjadi, aku Denni, merupakan perbuatan yang sistematis terjadi di sejumlah sekolah, terutama sekolah favorit.Untuk ujian nasional SMP, KAMG menginvestigasi 19 sekolah di Kota Medan, sembilan SMP negeri, dan enam SMP swasta terkategori sekolah favorit. "Siswa datang lebih pagi lalu memindahkan kunci jawaban ke kertas kopekan," kata Denni seraya menunjukkan rekaman video saat siswa memindahkan kunci jawaban.Investigas juga mengungkapkan adanya kesengajaan dan keterlibatan pihak sekolah untuk membocorkan jawaban soal. "Di salah satu SMP swasta, kepala sekolah memberikan instruksi kepada guru," ungkap Denni.Keterangan dari siswa juga mengungkap adanya bisnis terselubung dalam pembocoran kunci jawaban. "Harga untuk jawaban empat mata pelajaran dijual berkisar Rp 4 juta hingga Rp 5 juta," aku Denni.Ke 16 rekaman bentuk kecurangan dan kertas kopekan yang ditemukan dalam kelas ujian, akan diserahkan kepada Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin. "Bukti-bukti ini akan kita serahkan kepada Gubernur," ucap Denni. Menurutnya, kecurangan terjadi sebab tingkat kelulusan hasil try out baik SMP dan SMA hanya 40 persen.Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Hasan Basri, membantah adanya kecurangan. "Secara prosedural dan inspeksi Dirjen Pengawas Pendidikan, UN berlangsung lancar," kata Hasan saat dikonfirmasi Tempo.Ia enggan mengomentari soal temuan KAMG yang direkam dalam bentuk video. "Kita belum ada terima. Kalau diterima, kita akan pelajari dulu," tegasnya. Soal hasil try out, Hasan menegaskan, bahwa hasil itu tidak menjadi pegangan. "Tidak perlu hasil try out. Hasilnya ya UN ini," katanya.